Oleh Kanjeng Senopati
Sejarah Real dan Runtut Pergerakan Islam.Yang sering difitnah dan diserang dari berbagai Kelompok Takfiri, Syi’ah dan Komunis. Dibaca sampai selesai agar Tidak Gagal Paham
KESADARAN kaum Militer terutama dari kalangan para Purnawirawan Jenderal dan Perwira Tinggi TNI terhadap Islam dan umat Islam terakhir ini semakin tinggi terutama dalam agenda mencegah kebangkitan PKI atau Neo Komunis “Ekstrim Kiri” menarik untuk dicermati.
Dengan diawali presiden Soeharto diakhir jabatannya yang semakin mesra dengan umat Islam. Soeharto mulai membersihkan para TRG (The Red General) “Jenderal merah” dari lingkaran kekuasaannya dan me-remove para pembisik dari ring 1 Orba yaitu groupnya jenderal merah yang dikomando oleh Benny Moerdani dan CSIS cs.
Maka serangan fitnah terhadap Islam dan umat Islam menghilang, hubungan antara pemerintah dengan umat Islam kembali terjalin baik dan semakin mesra. Kecurigaan, intimidasi dan Istilah “Islam ekstrimis” dan teroris jadi-jadian lenyap dari tanah air.
Namun pada tahun 1989 pak Harto kecolongan. Terjadi pembantaian terhadap penduduk sipil umat Islam di desa Talangsari Lampung oleh TNI yang dipimpin oleh komando Kolonel Hendropriyono.
Hendropriyono yang menjadikan nama TNI buruk dan tercoreng dalam kasus Talangsari. Hendro dan Luhut adalah sama-sama dua “anak emas” TRG binaan Benny Moerdani yang berhasil lolos dari monitoring Orba.
Kemudian agar tidak terjerat HAM Hendro mengamankan dirinya ia berhasil masuk melalui jalur institusi intelijen sebagai kepala Badan Intelijen Negara (BIN).
Dan Luhut meleburkan dirinya masuk ke pemerintahan melalui jalur parlemen dan kabinet.
Agar kasus Talangsari tenggelam Hendro di BIN “berkamuflase” mulai merangkul Islam dan tokoh-tokoh gerakan umat Islam, seperti tokoh IM (Ikhwan Muslimin), tokoh HTI, tokoh ngeruki Abu bakar ba’sir, tokoh NII Abu Toto atau Panji Gumilang Ponpes Al Zaitun Indramayu dll.
Hendro akan menggunakan strategi politik belah bambu dan politik dua kaki terhadap gerakan Islam. Gerakan Islam yang paling terbesar yang dirangkul, didekati, dibina kemudian dicerai beraikan atau dibinasakan yang akan menjadi Target Operasinya.
Itulah sekilas dinamika hubungan antara pemerintah gerakan umat Islam dari dulu mengalami fluktuatif (naik dan turun) tergantung siapa yang berkuasa dan siapa “pembisiknya” PENGUASA apakah miring kanan atau miring ke kiri.
Kita harus paham bahwa saat ini didalam pemerintahan Jokowi sendiri ada dua kubu yang selalu mengendalikan dan mendikte Jokowi yang berpengaruh terhadap kebijakan pemerintah. Yaitu kubu Megawati bersama Jenderal Prabowo (MP) dan kubu Jenderal Merah (TRG) bersama Luhut, Hendro dan Muldoko.
Tapi ekspektasi di lapangan kubu TRG yang lebih banyak menguasai mendominasi mengatur dan mengendalikan Jokowi bukan Megawati. Ini yang membuat Megawati meminta Prabowo untuk masuk dalam susunan kabinet diposisi strategis MENHAN. Ini posisi strategis setidaknya dapat mengkounter gerakan TRG di istana karena Megawati sudah kecewa besar kepada gerakan TRG dalam menguasai Jokowi.
Dimana dibelakang TRG didukung ada 9 naga para taipan China Komunis dan kelompok Kiri berada dibelakangnya. Sementara di belakang MP (Megawati Prabowo) didukung Negara-negara Eropa, Arab dan golongan Kanan (golongan Islam) yang akhirnya TNI pula yang akan mengawalnya.
Harus paham siapa sebenarnya yang disebut Kelompok kanan (Golongan Islam) dan Kelompok Kiri (Golongan Sekuler). Didalam Kelompok Kanan pasti ada “Ekstrim Kanannya” yaitu kelompok TAKFIRI. Dan didalam Kelompok Kiri pasti ada “Ekstrim Kirinya” yaitu PKI atau Neo Komunis.
Jangan sampai jadi salah sasaran, orang yang benar-benar mengaji agama dengan benar dan mengamalkan sunnah tidak berpemahaman Takfiri jadi bulan-bulanan difitnah dan dicap ekstrim kanan atau “Teroris”, ini yang terjadi di negeri ini.
Tapi Kelompok ekstrimis kanan tidak bisa di identikkan dengan kelompok Islam, di Eropa para kelompok “Ektrim Kanan” mereka adalah kelompok “Salibis Barat” yang mencela Nabi orang Islam ,membakar kitab suci Al Qur’an, melarang pendirian menara Mesjid ,serta menghukum wanita muslimah yang memakai jilbab dan cadar mereka lebih cenderung Rasis.
Ekstrim kanan adalah Ancaman radikalisme berlatar belakang agama yang disebabkan karena pemahaman yang salah dalam beragama. Sebuah istilah yang mengacu pada segmen spektrum politik yang biasanya dihubungkan dengan liberalisme klasik, konservatisme, kelompok kanan agama, atau hanya sekadar lawan dari kelompok kiri.
Ekstrim kiri adalah ancaman radikalisme berlatar belakang paham Sekulerisme dan Komunisme yang berkamuflase kedalam bentuk Liberalisme.
Jika membahas istilah “Ekstrem Kanan” maka saya ingat dan tidak akan pernah lepas adanya benang merah dan keterkaitannya dengan Jenderal Benni Moerdani dimasa orba sebagai “King of TRG” Dan masa pergerakan gerakan Umat Islam bisa saya bagi menjadi TIGA FASE yaitu :
1. FASE PERTAMA
Masa awal orde baru
2. FASE KEDUA
Masa Hijrahnya Soeharto dan Orde Baru ke Islam.
3. FASA KE TIGA
Masa runtuhnya Orde Baru (masa reformasi).
FASE PERTAMA
(tahun 1980 – 1988)
Pada era awal tahun 1980 saat itu adalah masa orde baru masih berkuasa dimana Islam dan umat Islam mulai dijauhi oleh pemerintah orba dengan di intimidasi dan difitnah dengan berbagai julukan buruk waktu itu, Ekstrim Kanan, Islam Ekstrimis, Islam fundamental, Komando Jihad dll.. Saat itu belum kenal istilah “ISIS, radikal dan teroris”.
Kemudian TRG (The Red General) dengan pimpinan Benny moerdani pada tahun 1981 membuat skenario agar Islam Indonesia semakin buruk citranya. Diciptakanlah Operasi Intelijen dengan menciptakan nama “Komando Jihad” kepada “Jema’ah pengajian Imran”, Atas perintah Benny sebagai strategi kepada kelompok Imran ini diam-diam mensuport dan mensuplay segala informasi-informasi, data-data birokrasi dan logistic senjata oleh Intelijen Benny diarahkan agar mereka membajak pesawat Garuda di Woyla Thailand.
Maka terjadilah peristiwa pembajakan pesawat Garuda di Woyla Thailand pada tahun 1981 yang dilakukan oleh “Jema’ah Imran” pimpinan Ali Imran, maka terciptalah istilah “Islam Ekstrim Komando Jihad” saat itu.
Kemudian ingat peristiwa peledakan kantor cabang Bank BCA di Pecenongan kemudian disusul bom kedua di kantor BCA Gajahmada. Kemudian menyusul lagi bom ke tiga yang meledak di kompleks pertokoan Jembatan Metro Glodok. Ini semua terjadi pada hari yang sama di Jakarta tahun 1984.
Semua jejak rekam sejarah peristiwa deretan terror “Teroris” itu justeru pada saat Benny Moedani saat menjabat sebagai Panglima ABRI pada tahun 1983 sd 1988. Sebelumnya pada masa Jenderal M.Yusuf teror-teror bom dan kasus-kasus yang menyudutkan umat Islam tidak pernah terdengar dan terjadi di Indonesia.
Ini merupakan salah satu keberhasilan operasi Intelijen yang di dibidani oleh Benny Mordani dengan menciptakan istilah “Ekstrim Kanan” di masa orba.
Kasus-kasus diatas merupakan momen yang tepat dan kesempatan untuk menyeret tokoh Petisi 50 yang menolak atas berlakunya asas tunggal Pancasila dengan dituduh sebagai otak dalang peledakan. Diantara para tokoh Petisi 50 yang jebloskan penjara karena difitnah sebagai otak dalang “teroris” tersebut adalah AM.Fatwa, Rachmat Basuki, Haji Muhammad Sanusi dan HR. Dharsono dengan diganjar rata-rat 10 tahun dan seumur hidup.
Penangkapan para tokoh Islam itu memicu reaksi keras dari mubaligh dan tokoh Islam jawa tengah waktu itu yaitu Husein Ali Alhabsy (HAA). Akhirnya HAA pun tidak luput dari target TO (Target Operasi) skenario Operasi intelijennya Benni. Yang akhirnya dimunculkan peledakan bom di candi Borobudur tahun 1985. Dan HAA menolak keras tuduhan atas dirinya bahwa itu adalah fitnah terhadap dirinya, tapi HAA tetap dimasukkan penjara dengan diganjar seumur hidup.
Kemudian pada tahun yang sama 1985 terjadi lagi peristiwa peledakan bus Pemudi Ekspres. Dan kemudian terjadi lagi berbagai kasus-kasus terror yang menyudutkan Islam dan umat Islam. Semua rangkaian jejak rekam sejarah ini terus terjadi pada masanya dan kuasanya Benni Moerdani sebagai pembisik di ring 1 orba.
Benni telah berhasil mengaplikasikan istilah “Eksterm Kanan” dengan memprakondisikan dan menciptakan “teror-teror bom” yang ditujukan kepada umat Islam dengan berbagai operasi intelijennya dan rekayasa intelijen dengan menggunakan alat TNI. Dia mempunyai misi memberangus para tokoh-tokoh Islam yang menolak Asas tunggal (Petisi 50) dan menciptakan gap antara ulama atau tokoh Islam dengan presiden Soeharto, sehingga hubungan antara Soeharto dengan umat Islam saat itu benar-benar jauh dan tidak harmonis.
Dibuat seakan-akan presiden Soeharto alergi terhadap Islam dan anti Islam. Dan Benni telah menciptkan bahwa “Islam adalah bahaya laten selanjutnya” dan lebih berbahaya daripada bahaya paham komunis.
Kemudian AM Fatwa berkata, “Saya dan tokoh-tokoh Islam yang lain adalah hanya korban fitnah dari semua operasi rekayasa intelijen ini”. Beliau berkata bahwa rangkaian peristiwa kasus-kasus terror tersebut diatas adalah merupakan rekaan TNI yang dipimpin oleh Benni Moerdani sebagai dalang dan sutradara dalam operasi intelijen dari semua ini di masa orba. Sengaja agar memunculkan kebencian umat Islam kepada pemerintah.
Ini bisa dibaca mulai gejalanya setelah peristiwa kerusuhan Tanjung Priok. Dan Benni ingin menunjukkan kepada presiden Soeharto dan seluruh anggota TNI bahwa Islam itu adalah bahaya laten lebih bahaya dari paham komunis, karena aktivis Petisi 50 tidak Pancasilais.
FASE KEDUA
(tahun 1988 – 1996)
Pada masa fase ke-Dua antara tahun 1988 – 1993 Jenderal Benni Mordani menjabat sebagai MENHAN. Maka intimidasi terhadap Islam dan umat Islam Indonesia belum selesai masih terus menjadi tertuduh, difitnah, di keriminalisasi dan di cap dengan berbagai julukan buruk seperti teroris, Islam fundamentalis dan radikal.
Namun pada tahun 1993 Benni mengalami “tragedi.” Dimana Soeharto semakin dekat dengan Islam setelah Soeharto mengadakan pengajian rutin khusus untuk keluarganya cendana dengan memanggil Kyai. H. Khosim Nurseha (tokoh Muhammadiyah). Kemudian Soeharto menyetujui didirikannya ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia) pada tahun 1990. Lalu Soeharto memperbolehkan jilbab disekolah-sekolah. Kemudian Soeharto bersama keluarganya naik haji namanya pun menjadi Haji Muhammad Soeharto.
Memasuki dekade 1990an Soeharto semakin tambah dekat dengan Islam dan keluarlah statmen Soeharto yang mengejutkan kala itu bahwa “ISLAM BISA MENJADI BASIS POLITIK YANG LEBIH KUAT DI MASA-MASA MENDATANG” katanya.
Dan Ginanjar Kartasasmita (salah seorang menteri di kabinet orde baru) membenarkan dan berpendapat, bahwa Soeharto adalah seorang yang pragmatis dan melihat kekuatan Islam dan politik pemerintahan tidak boleh jauh dari kekuatan Islam karena dapat berkembang dan berpengaruh dengan baik pada kekuasaan.. Maka Soeharto sadar dirinya harus mengadakan berbaikan dengan kekuatan Islam yang sedang bangkit saat ini..”
Setelah Soeharto “Hijrah” telah terjadi perubahan signifikan hubungan antara pemerintah dan Islam semakin baik. Soeharto merasa bersalah sikapnya selama ini terhadap Islam dan umat Islam. Endingnya Soeharto meninggalkan Benni dan tidak mempercayai Benni Mordani lagi didalam ring 1 lingkaran politiknya. Inilah yang membuat Benni mulai murka karena akan menghadapi situasi sulit dan tragedy. Lalu Benni cepat mengambil alasan bahwa presiden Soeharto meninggalkannya karena alasannya Benny mengkeritik anak-anak sang presiden.
Lalu setelah Benni pensiun dia dibantu oleh CSIS, Forkot, SMID, PRD dan taipan untuk segera menggerakkan masa reformasi untuk melengserkan Soeharto. Maka tampilah Amin Rais dan kawan-kawannya dibantu oleh para mahasiswa. Padahal gerakan reformasi merupakan skenario Benni dan CSIS, Dan perjuangan Benni sampai saat ini masih diteruskan oleh orang-orang “binaannya” yang tergabung didalam TRG (The Read General) “Jenderal Merah” yaitu LB, HP dan si muda MDK.
FASE KETIGA
(tahun 1996 – Sekarang)
Difase ke Tiga tahun 1996 sampai saat ini. Ini adalah masa setelah reformasi di mana Islam Indonesia mulai bangkit dari tidurnya tapi kebangkitan umat Islam yang ramah ini ditanggapi sebagai “bahaya laten” oleh TRG yang didukung oleh kaum kiri dan Sekuler.
Semua gerakan Islam moderat di Indonesia pada fase ke tiga diawali dari munculnya gerakan Ikhwanul Muslimin (IM).Perjalanan Harokah Islamiah (gerakan Islam) di Indonesia mulai bangkit kembali pada awal tahun 1988. Harokah Islam di Indonesia awal kali di bidani oleh IM (Ikhwanul Muslimin).
Munculnya gerakan IM (Ikhwanul Muslimin) pertama kali di Mesir pendirinya Hasan Al Bana. Yang kemudian IM masuk ke Indonesia di masa orde baru, inilah kemudian melahirkan berbagai firqoh-firqoh Harokah (kelompok-kelompok gerakan Islam) di Indonesia.
Gerakan IM Ikhwanul Muslimin adalah termasuk Harokah Al Jihadiyah al Islamiyah atau gerakan perjuangan Islam. Gerakan ini seruannya adalah kembali kepada Qur’an dan As Sunnah dengan cara menegakkan Daulah (Negara Islam) melalui jalur politik parlemen.
IM Masuk ke Indonesia pada masa orde baru melalui kampus-kampus pada tahun 1987-1990an. Sayangnya IM gerakannya hanya memfokuskan kepada gerakan jihadi dengan berjihad melalui full jalur politik parlementer tanpa bimbingan Ilmu kaidah ulama salaf sehingga IM pun ikut terombang ambing dan larut didalam kubangan lumpur hitam ala Demokrasi.
MUNCULNYA BERBAGAI GERAKAN ISLAM DITANAH AIR
Pada tahun 1999 IM di Indonesia bermetamorfosis menjadi nama PK (Partai Keadilan) kemudian berganti menjadi PKS (Partai Keadilan Sejahtera). PKS lebih menekankan berjihad dengan melalui Bina amal dan sosial ke masyarakat. Dengan mulai melepaskan sedikit demi sedikit doktrin IM. Karena ini salah satu jalan agar memudahkan mereka masuk kedalam pemerintahan melalui parlemen. Tujuannya bukan menegakkan Daulah Islam (Negara Islam) tapi berubah menjadi menegakkan syariat Islam di Indonesia.
Kemudian IM (Ikhwanul Muslimin) di pusatnya Mesir pecah. Dan pecahannya ini melahirkan Halaqoh baru (kelompok baru) dan menamakan dirinya HT (Hizbuz Tahrir).
Gerakan kelompok HT termasuk Harokah Al Jihadiyah didirikan oleh Taqiyuddin Nabhani Palestina. Harokah ini seruannya ingin membuat Khilafah Islamiyah sendiri dengan cepat. HT berpemahaman bila Khilafah sudah ditegakkan di suatu negara lebih dulu maka urusan keumatan dan lain-lain akan mudah terbentuk. HT lebih keras dan ekstrim daripada IM karena menolak cara-cara yang dipakai oleh tokoh-tokoh IM yang sangat lambat dengan menolak ikut masuk melebur kedalam parlemen.
Gerakan HT didalam aqidah pemahamannya lebih di ilhami dari para tokoh Mutazillah (pemuja akal). Sehingga Taqiyuddin Nabhani pendirinya HT berpendapat melarang anggotanya untuk percaya kepada siksa kubur dan munculnya Dajjal.
Kemudian HT masuk ke Indonesia bermetamorfosis dengan nama HTI (HizbuzTahrir Indonesia).
Sebenarnya pengikut HTI di Indonesia sangatlah sedikit jumlahnya dan paling kecil diantara Harokah Islamiah yang ada di Indonesia. Nama HTI era Orba belum dikenal baru sampai era SBY baru muncul kepermukaan.
Di era rezim Jokowi HTI namanya dibesar-besarkan karena HTI hanya dijadikan framing dan simbol sebagai organisasi Islam keras dan radikal, untuk “mewakili” semua golongan Islam yang menentang rezim pemerintah, begitu rezim membuat isunya.
Sehingga semua hal-hal yang berhubungan dengan syariat Islam seperti khilafah Islamiyah dan simbol-simbol Islam pasti di cap sebagai “HTI”.
Padahal hakekatnya bukan orang HTI. Ini adalah strategi intelijen kepada opini yang dilakukan TRG saat ini untuk melawan dan menghancurkan lawan politiknya terutama dari golongan Islam.
Antara IM nya Indonesia yaitu “PKS” berseberangan dengan HTI di Indonesia namun pengikutnya lebih besar PKS. Kemudian IM memiliki sel underbow bermetamorfosis menjadi bernama FPI (Front Pembela Islam).
Dan sisanya pecahan IM dan HTI menjadi beberapa halaqoh-halaqoh (kelompok-kelompok kecil) yang misinya lebih cenderung kepada cita-cita NII (Negara Islam Indonesia) dan mengharamkan bekerjasama dengan pemerintah.
Karena pemerintah bagi kelompok ini adalah disebut Thogut. Tapi PKS dan FPI tidak mengkafirkan pemerintah karena mereka masih mengakui Pancasila dan bekerjasama dengan pemerintah. Dan PKS maupun FPI sama tidak pro Khilafah ala HTI atau ala ISIS. Tapi hanya berjuang menegakkan syariat Islam.
Kelompok pecahan dari IM dan HTI ini berpemahaman bahwa pemerintah itu Kafir sehingga orang-orang yang duduk didalam pemerintahan dan aparatnya juga disebut kafir. Maka inilah yang disebut “Ekstrim Kanan” karena mengkafirkan sesama muslim mereka adalah kelompok TAKFIRI. Siapakah mereka?
Mereka adalah harokah atau kelompok NII Ponpes Al Zaitun Indramayu dengan pimpinan atau amirul mukmininnya adalah Panji Gumilang (Abu Toto). Dan NII nya Hadi Surya. Kelompok ini mengklaim memiliki Negara sendiri “negara bawah tanah” dan memiliki pemimpin (presiden) sendiri atau Gubernur NII yaitu yang bernama Hadi Surya.
Hadi Surya adalah seorang Amir atau pemimpin tertinggi NII (Negara Islam Indonesia) “Negara bawah tanah” di jawa tengah, mereka ini berpemahaman Takfiri.
Kelompok-kelompok Takfiri inilah yang paling disukai oleh TRG karena gampang mudah disusupi dan diarahkan untuk menjadi kambing hitam dalam kasus-kasus terror di Indonesia.
Apalagi kelompok Takfiri mengakui ISIS sebagai Daulah Islamiah atau Khilafah yang sah dimuka muka bumi ini.
Namun Hadi Surya sebagai presiden NII bertobat dan keluar dari pemahaman NII setelah dirinya mengenal Dakwah Ahlus Sunnah yang pertama kali di Indonesia.
Hadi Surya sebagai seorang Amirul Mukminin atau “Gubernur NII” tunduk dan rujuk kepada ustadz Ahlus Sunnah beliau mendapat nasehat dari ustadz Ja’far Umar Tholib almarhum dan Yazid Dzawas akhirnya ia keluar dari kelompok NII.
Setelah Hadi Surya rujuk ke Ahlus Sunnah secara total dan meninggalkan kelompok NII sebagai pimpinannya otomatis para pengikut NII pun bubar. Kemudian jema’ahnya membikin halaqoh sendiri yang terpecah menjadi dua halaqoh yang satu bernama Jema’ah Islamiyah (JI) dan Jema’ah Muslimin (Jamus) dua-duanya masih berpaham semi Takfiri.
Jema’ah Islamiah (JI) anggotanya lebih banyak merapat ke Ngeruki Popes Al Mukmin Solo pimpinan Abu Bakar Ba’ashir. Karena dengan itulah pondok Ngeruki jadi terfitnah pondoknya gara² kemasukan tersusupi orang² JI dengan dipandang pondok ngeruki ekstrim padahal tidak.
Karena dipandangnya masih merasa satu fikroh (sepemahaman) mungkin menurut mereka daripada mengikuti Hadi Surya yang sudah full ke Ahlus Sunnah dan dianggap telah murtad oleh para pengikutnya.
Sehingga Ngeruki saat itu menjadi bulan-bulanan TO (Target Operasi) para intel. Karena pondok Al Mukmin Ngeruki difitnah oleh kelompok Takfiri NII Ponpes Al Zaitun Indramayu pimpinan Abu Toto. Pondok pesantren NII yang semgaja dipelihara oleh BIN.
Saat ini pondok Az Zaitun sebagai pondok yang real asli takfiiri justeru saat ini malah dipelihara oleh BIN. Digunakan untuk alat penguasa untuk menyebarkan fitnah kepada umat Islam di Indonesia dengan memberikan data informasi hoax daftar para ustadz yang sengaja diklaim sebagai ustadz² radikal dan intoleran. Dan munculah tokoh juru fitnah bernama Ken Setiawan orangnya AZ Zaitun yang sejak dulu sampai saat ini sebagai nara sumber utama BIN dan BNPT.
Mari kita kembali pada topik yaitu antara tahun 1987 sd 1995 di kampus-kampus mulai menyebarnya dan marak Pengajian-pengajian Harokah yang berpaham IM dan NII ditambah lagi kelompok Jema’ah Tablig(dengan paham amalan Khuruj nya).
Kenapa disebut Pengajian Harokah? Harokah artinya “Gerakan”. Dimana sumber harokah atau gerakan Islam adalah Mesir dan para aktivis Harokah biasanya lulusan Mesir.
Mesir merupakan Negara Harokah Islamiah terbesar. Karena misi dakwahnya menekankan kepada suatu gerakan politik atau gerakan jihad yang tujuannya pada penegakan Daulah Islamiah.
Dahulu pemerintah melalui TNI saat itu masih terus memantau gerakan-gerakan dakwah Harokah saat itu. Karena ceramah-ceramahnya yang sering panas menyinggung pemerintah Soeharto kala itu. Maka masih terus terjadi penangkapan terhadap para tokoh-tokoh atau ustadz harokah oleh intel-intel Kodim dari TNI waktu itu.
Pada tahun 1995 masuklah Dakwah Ahlus Sunnah atau dakwah Ahlus Sunnah kembali ke tanah air yang dibawa oleh Ja’far Umar Tholib, Yusuf Baisa dan Yazid Djawas.
Seruan dan misi dakwah Ahlus Sunnah di Indonesia berbeda dengan misi dakwah Harokah. Jika dakwah Harokah misi dakwahnya kepada segera penegakan Daulah Islam, biasanya dakwahnya keras sering menyerang penguasa (pemerintah).
Beda dakwah Ahlus Sunnah justeru menekankan dakwahnya untuk menuntut Ilmu, amal dan akhlak agama dengan penerapan yang benar dulu. Tidak pernah ditemui dakwah Ahlus Sunnah dakwahnya menyerang pemerintah (penguasa). Tengok lagi sejarah pada masa Soeharto sampai SBY tidak ada pergesekan antara Ahlus Sunnah dengan pemerintah.
Masalah Daulah (negara Islam) atau Khilafah itu bukan tujuan dari dakwah Nabi Saw.
Karena Nabi Saw dakwahnya tidak pernah menyerukan kepada sahabatnya untuk mendirikan Negara Islam (Daulah Islam). Tapi Nabi Saw dakwahnya menyerukan kepada kemurnianTauhid dulu tanamkan Tauhid dan akhlak dengan pemahaman yang benar dahulu.
Seandainya arah tujuan politik Islam atau tujuan dakwah Rasulullah adalah untuk kekuasaan maka Rasululloh tidak akan Hijrah dari Mekah ke Madinah.
Karena terbentuknya masyarakat Madani yang Robbani dan bertauhid itu bukan karena adanya dibentuk negara Islam lebih dulu atau membuat Khilafah.Tapi karena Nabi Saw mengajarkan agar umat mengenal Ilmu Tauhid dan akhlak dulu itulah inti ajran Ahlus Sunnah dengan sendirinya umat akan mengenal Khilafah yang syar’i.
Kemudian masyarakatnya bertahap mengenal Islam, mengenal akhlak yang benar dulu apabila manusia sudah kuat dan benar Tauhidnya maka dengan sendirinya bisa menerima syariat Allaah. Maka jadilah suatu sistem kekuasaan pemerintahan Islamiah yang besar.
Pada tahun 1998 dakwah Ahlus Sunnah (Salafiah) mulai masuk ke kampus-kampus dimana sebelumnya kampus-kampus tersebut sudah didominasi oleh dakwah-dakwah Harokah (seperti IM, Jema’ah Tablig dan HTI). Dakwah Salafi lebih cepat meluas banyak diterima dikampus dan di instansi-instansi pemerintah dan swasta menyaingi dakwah Harokah.
Kebanyakan para ustadz Ahlus Sunnah adalah lulusan dari Saudi dan Yaman bukan dari Mesir. Ini yang membedakan antara lulusan Saudi dan Mesir. Jika Mesir sebagai pusat dakwah Harokah sedangkan Saudi sebagai pusat Keilmuan Ahlus Sunnah.
Pada era tahun 2000an banyak para aktivis harokah seperti dari IM, HTI, Jema’ah Tablig dll yang menyeberang belajar Ahlus Sunnah dan umat Islam pun mulai banyak yang tertarik yang belajar Ahlus Sunnah yang pengajiannya disebut kajian-kajian Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.
Kalau saya katakan Dakwah Ahlus Sunnah ini ibarat “Mutiara” yang hilang dan kembali lagi dikenal di masyarakat Indonesia setelah tenggelam yang dulunya dakwah Ahlus Sunnah pernah berjaya di jaman penjajahan yang dibawa oleh Imam Bonjol (pahlawan Sumatra Barat), Pangeran Diponegoro (Pahlawan Jawa Mataram) Sultan Agung dan Pakubuwono VI.
Kemudian dijaman kemerdekaan dakwah Ahlus Sunnah dibawa oleh oleh KH. Ahmad Dahlan (pendiri Muahammdiyah), KH Hasyim Asy’ari (pendiri NU) dan KH. Surkati (pendiri Al Irsyad).
Kemudian dakwah Ahlus Sunnah kembali muncul di Indonesia pada awal tahun 1995. Dari sana lahir organisasi yang khusus dibentuk dalam rangka membela kaum muslimin. Adalah organisasi solid Paskhas LASKAR JIHAD Ahlus Sunnah Wal Jama’ah pada tahun 2000 yang didirikan Ja’far Umar Tholib.
Terang-terangan membentuk organisasi milisi sipil bersenjata yang misinya untuk memerangi kelompok-kelompok separatis di NKRI.
Namun pada awal 2004 Dakwah Ahlus Sunnah mulai diserang dengan massif oleh kelompok Kiri SYI’AH dan LIBERAL dengan berbagai tuduhan dicap Wahhabi, Radikal dll. Yang semua itu tuduhan tidak terbukti sama sekali.
Kenapa Syi’ah masuk didalam kelompok kiri? Karena ajaran agama Syi’ah selalu memusuhi Islam dan ulama Islam dari dulu. Dan ternyata Iran sebagai “Pusat” agama Syi’ah adalah anggota Negara yang berkoalisinya dengan Negara-negara Kiri seperti Rusia, Iran, China dan India
Dengan bangkitnya Dakwah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah di Indonesia. Dan berkembang dengan pesat kajian-kajian Ahlus Sunnah maka Istilah “ekstrim kanan” yang diciptakan oleh Benni The King Of “Jenderal Merah” hilang dari pandangan publik.
Karena perkembangan dakwah kelompok Takfiri pun tidak laku setelah mengenal dakwah Ahlus Sumnah Ini yang menjadi “PR” berat para intelijen TRG agar tetap mengkambing hitamkan umat Islam istilah Ekstrim Kanan hilang kemudian berubah menjadi “Khilafah” atau “Islam Radikal” untuk menjudge “kaum Teroris” yang intinya golongan yang menentang rezim saat ini.
Konspirasi intelijen dan TRG paham umat Islam yang sudah belajar aqidah Ahlus Sunnah pasti tidak akan mudah disusupi dan diprovokatori untuk menjadi Takfiri atau “Radikal”. Karena umat Islam yang mudah disusupi, diprovokatori dan dihasut oleh para intelijen TRG hanya yang masih berbau paham Takfiri atau manhajnya masih “gado-gado”.
Karena Dakwah Ahlus Sunnah tidak ekstrim (tidak keras kepada pemerintah) tapi juga tidak lemah, tidak mengkafir-kafirkan, tidak pro ISIS, tidak pro HTI dan tidak pro KHILAFAH ala HTI tapi mendukung Khilafah yang syar’i yang dibawa oleh Imam Mahdi nanti di akhir jaman. Inilah golongan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah yang sesungguhnya.
Sebetulnya berbagai aksi-aksi terorisme yang terjadi di Indonesia seolah-olah dibuat oleh golongan kanan (golongan Islam) sebetulnya merupakan konspirasi intelijen yang dulu diciptakan AS. Kemudian arah politik Luar Negeri yang pro China periode “Chinanisasi” saat ini maka dilanjutkan oleh golongan kiri dan TRG dan China Komunis dibelakangnya agen MSS dan PKC nya (Partai Komunis Cina)
Dalam rangka mengkambing hitamkan golongan kanan (umat Islam). Ini adalah termasuk program Islamophobia Plans and Strategies dari Operasi Intelijen si Benni Moerdani cs yang sampai sekarang masih terus berlangsung di transformer menjadi yang bahasa sandinya TRG (THE RED GENERAL) atau “Jenderal Merah”.
Kita sudah sepakat bahwa bahaya laten Negara yang real nyata dan paling berbahaya dan mengancam anak cucu bangsa adalah TIGA yaitu :
1. NEO KOMUNIS / PKI & LIBERAL (ekstrim kiri).
2. SYI’AH (Iran)
3. TAKFIRI (ekstrim kanan)
Maka kalau sudah mengenal kelompok bahaya laten tersebut kita harus mengenal, mewaspadai dan memonitor dini siapa para tokohnya, ketuanya, aktivisnya, gerakannya sampai akar gerakan yang paling bawah.
Menurut saya hanya dengan mengenalkan Dakwah aqidah yang benar dakwah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dapat menghilangkan paham-paham sesat “Ekstrim Kanan” seperti paham Takfiri dan paham Syi’ah yang radikal. Dan paham “Ekstrim Kiri” yang radikal (Liberal, Syi’ah, Komunis).
Tidak perlu dibentuknya adanya semacam lembaga pembimbing ideologi semacam Badan Penerapan Ideologi Pancasila (BPIP).
Justeru lembaga semacam itu mudah ditunggangi oleh kelompok Liberal yang dibelakangnya dikendalikan orang merah yang dikomando oleh TRG (The Red General) “jenderal merah” dan Ekstrim Kiri.
Inginnya pemerintah menyelamatkan negeri ini dari ancaman bahaya laten agar keluar dari “Kandang Macan” tapi malah masuk ke “Kandang Buaya”.
Disini Pancasila sedang diuji, maka dapat dilihat mana yang lebih Pancasilais dan yang paling banyak berhasil memberikan kontribusi buat Negara ini antara golongan kanan (golongan Islam) atau golongan kiri (golongan Liberal Komunis)?
Monggo bisa dinilai dengan akal yang sehat..
Penulis adalah :
Pemerhati Spiritual Geopolitik Geostrategi Indonesia & Pemerhati Gerakan Ideologi, Budaya dan Sejarah Peradaban Nusantara