Menu

Mode Gelap
Tempuh Jalur Hukum, Polda Diminta Tangkap Aktor Demo Rumah Tahfiz Siti Hajar Anies Unggul Telak di Polling Capres Tokoh NU, Nadirsyah Hosen Dr. H. Jeje Zaenuddin Pimpin PERSIS Masa Jihad Tahun 2022 – 2027. Ini Harapan PW Persis Sumut Begini Solusi Kelola BBM dan Listrik dari Ketua Pemuda Persis Kota Medan Mulia: Perda No. 5/2015 Jadi Proteksi Bagi Pemkot Medan Bantu Warga Tak Mampu

Opini · 4 Okt 2022 10:21 WIB ·

Nadiem Orang Berbahaya, Simpati PKI kah?


Nadiem Orang Berbahaya, Simpati PKI kah? Perbesar

Gambar: Malang Times

Oleh: M Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan

Kekacauan teranyar dari Mendikbud Nadiem Makarim adalah sambutan Hari Kesaktian Pancasila yang disampaikan pada tanggal 30 September padahal tanggal itu adalah saat terjadinya pembunuhan para Jenderal atau peristiwa G 30 S PKI. Semua tahu Hari Kesaktian Pancasila adalah tanggal 1 Oktober. Aduh, benar-benar berbahaya ini orang.

Setelah disebut menghianati guru dan dosen melalui RUU Sisdiknas, mengkhianati umat beragama dalam road map visi Pendidikan 2035, menghianati birokrasi dengan 400 personal shadow organization, serta menghianati mahasiswa dan kampus dengan Peraturan Menteri No. 30 tahun 2021, kini ia melakukan penghianatan sejarah dengan menyambut Hari Kesaktian Pancasila tanggal 30 September 2022. Nadiem ini memang penghianat.

Pidato sambutannya pun dinilai berbahaya dan berisi konten selundupan yang berbau Komunis atau terkesan ada misi simpati PKI. Tiga catatan untuk ini.

Pertama, dalam empat alinea secara berulang dinarasikan kalimat “gotong royong” yang pemahaman umum adalah kerjasama atau bahu membahu. Akan tetapi kita belum lupa bahwa “gotong royong” juga adalah satu-satunya sila dalam Ekasila. PKI di dalam Sidang Konstituante secara tegas mendukung dan memperjuangkan “gotong royong” sebagai ideologi negara.

Kedua, tidak memaknai Pancasila sebagaimana rumusan 18 Agustus 1945. Sebaliknya justru mengaitkan dengan Pancasila 1 Juni 1945 “Kemendikbudristek telah berkomitmen untuk terus menghadirkan transformasi yang selalu sejalan dengan pesan Bung Karno dalam pidato lahirnya Pancasila. Yakni di atas kelima dasar Pancasila kita mendirikan negara Indonesia; kekal dan abadi”. Pancasila yang mana ?

Ketiga, tidak ada kendali agama atau moral untuk belajar dan berkarya “Saktinya Pancasila terletak pada komitmen bersama untuk mewujudkan kemerdekaan yang sebenar-benarnya merdeka bagi seluruh masyarakat Indonesia untuk belajar dan berkarya”. Kesaktian Pancasila tidak berhubungan dengan “kemerdekaan yang sebenar-benarnya merdeka”. PKI yang menginginkan kebebasan tanpa batas.

Pidato sambutan 30 September Nadiem dinilai manipulatif dan tendensius, tidak bijak dan tidak sedikitpun menyinggung sejarah kebiadaban PKI. Bias dalam memaknai Pancasila dan ragu untuk berpegang pada Pancasila 18 Agustus 1945. Bicara Pancasila tetapi anti Pancasila.

Akhirnya, salam segala agama yang tertulis dalam pidato sambutan sepertinya dilembagakan dengan tanpa dasar hukum. Sudahlah, daripada salam campur-campur agama sehingga berbau sinkretisme sebaiknya ucapkan saja “selamat pagi”, “selamat siang” atau “selamat malam” titik.

Bagi muslim mengucapkan salam dengan mencampur-campur segala agama hukumnya adalah haram !

 

Bandung, 2 Oktober 2022

Artikel ini telah dibaca 6 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Kenapa PBNU/NU Dianggap Pro Rezim atau NU Plat Merah?

3 Maret 2023 - 12:45 WIB

PBNU atau NU terlihat absen dalam sejumlah Isu penting yang berkaitan dengan hajat dan kemaslahatan umat.

Sebira versus Siberia: Catatan Untuk Anies Baswedan

23 Februari 2023 - 14:17 WIB

Menggugat Arogansi Adaro, Perusahaan Tambang Batubara Oligarkis!

13 Februari 2023 - 06:51 WIB

Anies, Agenda Perubahan dan Tembak Mati Koruptor

2 Februari 2023 - 07:00 WIB

Tujuh Tantangan Besar Indonesia 2023: Ketimpangan Sosial dan Kemiskinan

23 Desember 2022 - 22:00 WIB

Tujuh Tantangan Besar Indonesia 2023: Demokrasi Harus Di Selamatkan

21 Desember 2022 - 16:54 WIB

Trending di Opini