Oleh : Tim Aktivis Dakwah Al-Misbah
MisbahNEWS, Medan – Menulis menjadi sesuatu yang sangat penting di zaman sekarang, dan merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki sejak masuk sekolah dasar. Apakah ia seorang penulis atau tidak, keterampilan menulis harus dimiliki oleh setiap orang. Mengapa demikian?
“Karena dengan adanya tulisan, kita bisa memberikan informasi yang bermanfaat bagi orang lain yang membutuhkan. Disamping itu, tulisan yang kita buat akan menjadi peninggalan sejarah bagi generasi mendatang bahwa kita pernah berbuat sesuatu,” demikian menurut Dr. Masri Sitanggang.
Dr. Masri mengemukakan hal tersebut dalam paparan materinya pada sebuah acara bertajuk Pelatihan Menulis Tingkat Mahir, pada Minggu (12/3/2023). Acara tersebut diselenggarakan oleh Komunitas Gerakan Pemikiran POLITIK ISLAM bersama media online www.MisbahNews.com di POLY Café Jl. Sidomulyo Psr. 9 No. 49, kawasan Tembung.
Pelatihan tersebut diikuti oleh sejumlah peserta dari berbagai latar belakang organisasi, lembaga penyiaran dan lembaga pendidikan. Diantaranya adalah Drs. Zakaria Koto, Muhammad Miftahul Ma’arif, Muhammad Hafiz Ar-Rasyid dari TAFAHUM SU, Dedy Iskandar dari Komunitas Menulis Online, Bambang Irmawan dari Sumut Pos, Aghna Zainina, Ardy Akbar Pratama dari UINSU, Paidi dari Komunitas Kusuk Refleksi dan lainnya.
Acara dipandu oleh Basuki dari media online www.MisbahNews.com selaku Ketua Panitia. Dalam penjelasannya, Basuki menyampaikan bahwa acara ini merupakan tindak lanjut dari hasil diskusi malam Sabtu yang digelar secara rutin seminggu sekali di tempat yang sama. Menurutnya, pelatihan ini dilakukan untuk mencari kader handal yang memiliki kemampuan dalam menulis.
Dalam kesempatan itu, Dr. Masri memaparkan bahwa menulis itu gampang, karenanya jangan dibuat berat. Yang penting ada kemauan kuat untuk belajar dan memulai. Untuk membuat suatu tulisan yang menarik sebenarnya memang gampang-gampang susah. Gampangnya adalah kita hanya membutuhkan tangan, hati dan otak untuk menghasilkan sebuah tulisan. Susahnya adalah merangkaikan kata demi kata yang tersusun sedemikian rupa hingga menghadirkan kalimat yang bernyawa dan enak untuk dibaca.
Dalam paparannya, dia menyebutkan bahwa sebuah artikel paling tidak mengandung unsur 5 W (What, Where, Who, When, Why) dan 1 H (How). Ini sudah menjadi rumusan baku dalam dunia kepenulisan. Menurutnya, sebagus apapun sebuah tulisan, jika ada salah unsur yang tidak terpenuhi, tulisan tersebut kurang bisa dipertanggungjawabkan, bahkan cenderung hoak.
Al-Imam Al-Barbahari, Dalam Syarhus-Sunnah, menjelaskan bahwa pada hari kiamat nanti, segala sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah Subhanahu wata’ala kehancurannya maka akan hancur, kecuali Surga, Neraka, ‘Arsy, Kursi (singgasana) milik Allah, Ruh, al-Qalam, Al-Lauh Al-Mahfuzh dan Tulang Ekor Manusia.
Merunut sebuah riwayat yang disampaikan oleh Sahabat Ubadah bin al-Shamit ra dinyatakan bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya makhluk yang pertama kali Allah ciptakan adalah Al-Qalam, kemudian Allah berfirman kepadanya, ‘Tulislah!’ dan kemudian Al-Qalam berkata, ‘Wahai Rabbku, apa yang harus aku tulis?’ kemudian Allah ta’ala berfirman, ‘Tulislah takdir segala sesuatu sampai datang hari kiamat.” (Riwayat Abu Dawud no. 4700, At-Tirmidzi no. 2155).
“Dari keterangan tersebut, Qalam atau pena merupakan salah satu makhluk ciptaan Allah pertama, yang diyakini tidak akan hancur ketika sangkakala ditiupkan,” demikian penuturan Dr. Masri lebih lanjut.
“Saat ini merupakan zaman dimana setiap orang berada dalam suatu arena pertandingan atau pertarungan. Di era sekarang, pertandingan bukan lagi hanya dengan senjata, tetapi juga melalui media. Ini membutuhkan kemampuan menulis yang handal, paling tidak untuk memberikan informasi yang berimbang kepada masyarakat. Jadi, marilah kita menjadi pasukan al–Qalam,” demikian paparan Dr. Masri Sitanggang.
Menjawab pertanyaan Bambang dan Ardy dalam sesi tanya jawab, Dr. Masri menjelaskan bahwa pada prinsipnya, rumusan 5 W dan 1 H tidak harus berurutan atau memiliki sebuah urutan baku, bergantung pada gaya penulisnya. Soal referensi sebagai sumber bahan tulisan, bisa berasal dari mana saja, yang terpenting terpercaya. Sumber tulisan bisa dari buku, jurnal penelitian, massmedia, kliping pribadi tentang berbagai topik, atau bahkan dari catatan pribadi seorang saksi hidup tentang suatu peristiwa.
Peserta lain, Drs. Zakaria Koto dari FAHUMSU SU, menanyakan apakah untuk mempublikasikan suatu kegiatan kita bisa mencukupkan diri dengan memberikan bahan kepada awak media untuk dituliskan beritanya? Menurut Dr. Masri, pada dasarnya boleh-boleh saja, asalkan awak media tersebut meliput kegiatan tersebut secara langsung. Kelemahannya, kadang sang penulis berita hadir tidak penuh waktu atau bahkan tidak hadir pada acara tersebut, sehingga dikhawatirkan penulisan beritanya bisa menjadi bias/menyimpang dari keadaan sebenarnya.
Dedy Iskandar, dari Komunitas Penulisan Online, menyatakan sangat senang dengan adanya kegiatan pelatihan penulisan secara offline ini. Menurutnya, selama ini dia telah mengikuti kegiatan pelatihan penulisan secara online, namun sangat terbatas, tidak leluasa tanya jawab dan kesannya lewat begitu saja. Kedepannya, dia berharap agar kegiatan seperti ini dilakukan secara teratur dan terorganisir, sehingga bisa menghasilkan karya tulis dari komunitas seperti ini.
Di akhir pelatihan, seluruh peserta sepakat bahwa pelatihan ini akan ditindaklanjuti dengan membentuk sebuah komunitas penulis, yang akan menjadi wadah bagi para alumni ataupun bagi yang lainnya untuk saling berbagi ilmu dan melahirkan karya tulis bersama, misalnya dalam bentuk sebuah buku. Mereka juga berharap, pelatihan dapat berlanjut, terutama tentang teknis meliput berita, melakukan wawancara dan membuat sebuah karya jurnalisme investigative.
“Kuncinya, kita mesti bekerja bersama. Kita ciptakan sebuah karya tulis dimana isinya bertema berat, misalnya tentang mempelajari matematika, tetapi membacanya serasa enak seperti membaca sebuah novel atau cerpen,” demikian pungkas Dr. Masri.
Mengapa Orang Harus Menulis?
Menurut pendapat para aktivis kepenulisan, seperti yang berhasil dihimpun dari berbagai sumber, setidaknya ada 6 alasan utama mengapa orang harus menulis.
Pertama, Menjadi Bukti Sejarah. Menulis itu penting, karena dengan adanya tulisan bisa menjadi sebuah bukti nyata telah terjadi sesuatu hal yang penting di suatu masa. Pengetahuan suatu sejarah bisa diketahui oleh masyarakat berkat adanya tulisan-tulisan yang menjelaskannya.
Kedua, Memberi Manfaat Pada Orang Lain. Dengan adanya tulisan, seseorang bisa memberikan informasi yang bermanfaat bagi orang lain yang membutuhkan. Sesederhana apapun kata yang dituliskan, pasti bermanfaat bagi yang sedang membutuhkannya.
Ketiga, Sarana Komunikasi. Komunikasi tertulis berbeda dengan komunikasi lisan yang dilakukan dengan mulut. Menulis merupakan salah satu sarana komunikasi terpercaya, sebaran informasinya lebih luas, penyampaian informasinya bisa lebih lengkap, sistematis dan terarah, serta bisa bertahan lebih lama tanpa batas waktu. Hal ini berbeda dengan komunikasi lisan, yang kadang keluar dari koridor, tidak lengkap dan cepat dilupakan orang.
Keempat, Sebagai Bukti Keahlian dan Sarana Untuk Mengembangkan Diri. Menulis bisa menjadi sebuah bukti keahlian seseorang. Seorang yang lulus perguruan tinggi misalnya, akan teruji keahliannya dan berhak mendapatkan gelar sarjana jika sudah bisa menuliskan sebuah skripsi sesuai jurusan yang dipilihnya. Selanjutnya, dengan menulis, orang yang mempunyai kecerdasan verbal linguistik bisa mengembangkan dirinya dengan baik. Jika seseorang tidak mempunyai kepercayaan diri untuk berbicara di depan publik, dia bisa menuliskan apa yang ada di pikirannya dan membacanya tanpa perlu merasa grogi atau takut salah.
Kelima, Menyalurkan Hobi, Menjadi Terkenal dan Menghasilkan Uang. Menulis adalah salah satu kegiatan yang menyenangkan dan bisa dijadikan hobi. Dengan menulis, orang bisa menjadi terkenal dan bisa menghasilkan uang juga. Sebutlah misalnya Andrea Hirata, Radita Dika, Gola Gong dan lain-lain, yang terkenal berkat buku-buku yang dituliskannya. Begitu juga dengan RA Kartini, Multatuli dan lainnya, yang menjadi terkenal dalam sejarah karena tulisan-tulisannya.
Keenam, Meningkatkan Konsentrasi dan Menjaga Konsistensi. Menulis dapat meningkatkan konsentrasi. Dengan menulis, orang diajak untuk fokus pada satu titik tertentu dan menyelesaikan satu permasalahan terlebih dahulu, baru kemudian lanjut ke masalah selanjutnya. Dengan menulis, diajarkan juga untuk konsisten dalam mencapai apa yang di inginkan, menajamkan semua insting dan indranya untuk menghasilkan sebuah tulisan. Menulis ibarat bermeditasi yang hanya fokus pada satu titik dan mengumpulkan energi positif dari sekitarnya.[] (Bas/iii/2023).